Mendampar di Pulau Padar

10:57 AM

31 Januari bagi sebagian orang adalah hari untuk merayakan akhir tahun. Dahulu pun saya begitu. Hingga suatu hari, momen pergantian tahun baru menjadi hari-hari yang biasa, hari yang perayaannya pun mengandung esensi yang minim arti. 
Dari Puncak Padar

Pada hari pergantian tahun 2016 menuju 2017, mendamparkan diri ke Pulau Padar adalah pilihan yang tepat untuk bersyukur telah melewati tahun 2016 dengan banyak lika-likuperistiwa. Masih dengan kapal mengelilingi gugusan kepulauan Komodo, Padar pun kami sambangi dengan penuh cita. Namun, di tengah perjalanan  belantaran laut, awan-awan hitam mulai berkumpul, ombak pun semakin terasa menghempas ke kapal kami, sedangkan pulau Padar sudah Nampak di depan mata. Sudah berprasangka akan turun hujan sebelum menepi ke Padar. Kecewa dan tetap berdoa agar Sang Pembuat Pulau Padar bisa menunda hujan barang sejam. 
 
Kapal - Kapal di Pulau Padar
 
10 menit kemudian tiba di Padar, Alhamdulillah belum turun hujan. Kami harus menaiki bukit untuk bisa melihat panorama 3 “danau lautan” dari puncak. Awalnya masih ada tangga yang memudahkan perjalanan, lalu setelahnya jalan setapak menanjak yang harus dilalui. Setelah setengah jam mendaki, dibuat takjublah dengan apa yang di lihat di atas. Dengan langit hitam yang mendramatisir susasana, jadi apa yang saya lihat saat itu, nampaknya belum ada di mesin pencari google. 
Jalan Menuju Puncak
Menikmati angin di atas bukit Padar sampai lupa kalau petir-petir kecil mulai berdatangan. Sampai ‘Kapten’ kapal menyambangi agar lekas turun. Persis pada doa agar ditunda sejam, ternyata setelah satu jam lamanya gerimis pun turun mengawali hujan yang akan jatuh lebat.

‘Ya Allah, mungkin di tengah lautan tadi, apakah ada tempat yang maqbul untuk berdoa?’ Ujar di dalam hati dengan lagi-lagi harus bersyukur.


You Might Also Like

0 komentar