Menebus Rindu: Menelusuri Gua Rangko

8:08 PM

Banyak orang berprasangka Gua adalah dimana hanya ada kegelapan dan tempat kelelawar bermukim. Bahkan ada series televisi “Si Buta dari Gua Hantu”, seolah – olah gua adalah sarang hantu. Dulu saya pun begitu. Sampai pada akhirnya saya kagum dengan rahasia penciptaan-Nya tentang gua. Akankah Nabi kita dan Sahabat Abu Bakar selamat dari kejaran kafir bila tidak bersembunyi di Gua Hiroh? Makin kekinian jaman, kini seharusnya kita tahu  gua-gua di Indonesia terutama di kawasan karst memiliki ekosistem yang unik. Tapi di sini saya tidak bermaksud membahas keeksotisan manfaat gua dan ekositemnya, apalagi terbentuknya, di sini hanya ada kisah perjalanan untuk menebus kerinduan menelusuri gua :)



Pada awalnya rencana perjalanan hanya mengunjungi dan bermain sebentar di beberapa daratan kepulauan Komodo, seperti orang-orang yang sudah menuliskannya di laman mereka. Saat membuat itinerary, saya melihat gambar-gambar lanskap gugusan kepulauan Komodo yg bertebaran di Instagram dan Om Google. Melihat-lihatnya jadi membuat saya berpikir “apakah di kepulauan Komodo termasuk kawasan karst?”. FYI: Kawasan karst adalah dimana gua-gua itu terbentuk. Hasil pencarian ternyata ada gua di Labuan Bajo, dengan akses yang lumayan sulit dicari infonya. 

Dengan info seadanya, saya dan adik bungsu, berangkat lebih awal ke Labuan Bajo. Sebenarnya agak ragu membawa si bungsu yang biasanya harus selalu sama ayah-ibu, Alhamdulillah ternyata adik saya bisa diajak hidup susah selama di Labuan Bajo, maklum kakaknya belum bisa foya-foya buat sewa penginapan bagus dan makan super enak.

Berbekal informasi yang minim, saya bertanya akses menuju Gua Rangko kepada mas penjaga rental motor. Ramah dan bersedia ditanya ini – itu yang super ribet, arahan darinya sudah cukup jelas untuk kami jajaki perjalanan ini. Gua Rangko sendiri berada di desa Rangko, mungkin karena itulah namanya Gua Rangko. Perjalanan dari kota Labuan Bajo menuju desa terakhir penyebrangan kami menggunakan sepeda motor matic, kami harus melewati jalan makadam aka tak beraspal dan berbatuan yang cukup besar-besar serta naik turun bukit, tarik dorong motor yang terjebak lumpur sampai terciprat genangan air hujan sisa semalam. Selama perjalanan tidak ada rumah warga untuk bisa ditanya sampai kapan jalan makadam ini berakhir dan bisa menyebrangi pulau untuk ke Gua Rangko. 



Setelah melewati 35 menit jalan tak berpenghuni,  akhirnya kami bertemu dengan seorang bapak di tengah jalan, ia menyapa kami yang mungkin terlihat seperti pendatang. Ternyata, sebapak adalah salah satu operator perahu yang bisa menyebrangi laut untuk ke Gua Rangko. Kami pun diajak ke rumahnya sembari menunggu volume air laut naik, maklum keberangkatan pada normalnya minimal pada jam 11 siang, saya dan adik saya sudah tiba pukul 9 pagi. 

Di desa Rangko sedang ramai orang mengelilingi sebuah pohon besar. Ternyata pohon tersebut mau ditebang, usul punya usul pasca gempa tadi pagi khawatir membahayakan penduduk kalua kalua terjadi gempa lagi. Yap, tadi sebelum berangkat ke Rangko di Labuan Bajo memang terjadi gempa, cukup mengkhawatirkan hingga seluruh penghuni penginapan lari turun menyelamatkan diri, kecuali adik saya :’)



Sulit sekali ternyata menebang pohon besar itu, semua orang di desa Rangko berkumpul di sana untuk bersama-sama menumbangkannya. Gotong royong yang hampir terlupakan oleh warga kota. Pemuda usia sekolah sampai bapak-bapak ikut andil untuk menumbangkan pohon besar ini. “satu..dua…tiga..” aba-aba ini berulang kali keluar hingga akhirnya pohon itu jatuh  ke bumi dengan dentuman keras. Apa yang terjadi setelah pohon ini jatuh? Semua anak kecil,ibu-ibu sampai kakek-kakek mendatangi pohon ini untuk diambil buahnya. Senang melihat kebersamaan ini :)
Setelah ada tontonan penebangan pohon tadi, diajak lah kami untuk bersiap-siap meyebrang. Tidak sampai 30 menit, kami sudah di daratan di mana ada gua Rangko di sana. Berjalan menelusuri pinggiran pantai lalu masuk ke hutan, menaiki medan-medan karst pada umumnya, setelah 10 menit saya bisa merasakan bau-bau guano yang itu berarti pertanda ada gua! Dan benar saja, kami tiba di mulut gua Rangko! 


Kerinduan menelusuri gua sudah terobati, lalu ditambah dengan pool di gua ini ada air laut yg masuk dan membuat kami bisa berenang, seperti private pool. Baru kali ini bisa bermain di gua dengan kolam air laut, selama ini saya hanya membaca dan melihat video documenter saja bahwa gua ini terhubung dengan laut. Obatnya double double ya :)



You Might Also Like

1 komentar